Heeeiiiyyaaa~
Long time no see, readers!
Belakangan ini gw lagi sibuk. Sibuk ospek. N sekarang gw balik lagi bawa cerita tentang ospek gw di ITB. Institut terbaik di… Jl. Ganesha :p
Ospek di ITB disebut INKM, singkatan dari Inisiasi Keluarga Mahasiswa. Hari sebelum pembukaan, kita semua dibagi menjadi kelompok berjumlah sekitar 20 orang, terus bikin nametag dan peci dari karton duplex. U know lah, acara2 kayak gini mengharuskan kita bikin atribut yang aneh-aneh. Gak ada yang salah selama pembuatan nametag ini kecuali kenyataan bahwa kita harus pulang jam setengah 11 malem dan besoknya harus kumpul jam 6 pagi.
Pembukaan INKM dimulai setelah sholat maghrib. Ada aksi-aksi teatrikal dari panitia yang lumayan keren. Terus dilanjutin dengan peresmian sebutan baru kita, yaitu Konglomerat-Konglomerut, sedang sebutan bagi para panitia INKM adalah Jelata. Gak lama setelah itu, datanglah orang-orang berkaos hitam plus slayer yang nutupin hidung sampai dagu mereka, ngebentak-bentak kita gak jelas. Mereka adalah Aparatoriz, bagian dari panitia INKM yang bertugas mendisiplinkan angkatan 2008.
Selain Aparatoriz, ada juga Bramakarta yang bertugas mengamankan Konglomerat-Konglomerut. Mereka tegas, tapi gak suka ngebentak-bentak kayak Aparatoriz. Mereka mengatur jalur mobilisasi dari tempat ke tempat, dan bertanggung jawab atas keselamatan Konglomerat-Konglomerut sampai semuanya pulang ke rumah/kosan masing-masing.
Ada lagi bagian dari Jelata yang namanya Petrapijar. Yang ini baik. Tugasnya adalah ngebantu Konglomerat-Konglomerut, jadi penata kelompok (Taplok), dan ngasi kita info macem-macem, termasuk tugas selama INKM. Gw sangat beruntung mendapatkan Taplok yang *ahem* cantik. Oh,nggak, dia lebih dari cantik. Dia cantik dan seksi. Bodinya yang super curvy bikin cowok-cowok di kelompok gw jadi kayak kucing mau kawin. Daya tariknya semakin besar ditambah dengan mata yang, whoouu… bikin dada cowok dag-dig-dug-dhuer. Bulu matanya lentik menggoda. Denger-denger, selama pelatihan jadi panitia INKM dia selalu jadi rebutan cowok-cowok. Well, gak salah gw milih Bandung sebagai kota tempat gw kuliah!
Selanjutnya, ada lagi namanya Jagaragawi. Mereka adalah tim medis yang tugasnya memastikan gak ada peserta yang ambruk di tengah-tengah acara. Gak ada yang istimewa dari mereka. Lagian gw juga gak pernah berurusan sama mereka.
Ada lagi orang-orang berbaju coklat dengan tulisan Milienaria dan Mahalangit. Mereka adalah pengisi acara di INKM, terutama di OHU alias Open House Unit. Acara gelar Unit Kegiatan Mahasiswa di ITB.
Satu hal yang cukup menarik dari acara ini adalah Komandan Lapangan (Danlap) INKM selalu menyebut dirinya dengan kata ‘aku’, bukan ‘saya’,’gw’, atau ‘akika’, dan perkataannya selalu diputus-putus setiap satu atau dua kata. Begini contohnya:
AKU INGIN // MELIHAT // SEMANGAT // KALIAN!!
Atau
SETELAH INI /// KALIAN AKAN // DIMOBILISASI // UNTUK / SHOLAT MAGHRIB // BAGI YANG MUSLIM PUTRA // SILAHKAN // KELUAR // DARI PINTU /// SEBELAH KIRI AKU//// BRAMAKARTA // KONDISIKAN!
Agak terasa canggung karena kata ‘aku’ bukanlah kata-kata yang biasa digunakan di acara-acara yang diwarnai senioritas. Biasanya yang dipakai adalah kata ‘saya’. Well, why should I complain, after all? :p
Eniwei, ecara keseluruhan, gw suka acara INKM ini. Tanpa perploncoan, tanpa acara dikerjain sama panitia, tanpa penindasan (selain bentakan dari Aparatoriz tentunya, tapi itu juga sebenarnya memang perlu). Semua kegiatannya positif dan simbolik. Acara ini benar-benar menyadarkan kita tentang peran kita sebagai mahasiswa, kaum intelektual bangsa ini. Acara ini menyadarkan kita bahwa kita sangat mampu untuk membantu rakyat kecil keluar dari penderitaan mereka. Ada lingkar wacana, acara diskusi tentang apa yang bisa dilakukan mahasiswa untuk memajukan negeri ini. Hal-hal yang tadinya kita pikir selama SMA mustahil dilakukan, di sini tampak begitu dekat dan nyata.
Berorganisasi dan berkelompok sangat mudah dilakukan di kampus. Fasilitas kampus juga bisa kita gunakan tanpa birokrasi yang berbelit-belit. Gak ada yang melarang kita berkumpul membicarakan apapun juga. Sebagai mahasiswa seni rupa, gw berharap bisa bikin acara pameran atau festival seni untuk amal sebagai bentuk sumbangsih pada masyarakat. Sama sekali bukan hal yang sulit. Apalagi kami adalah mahasiswa ITB, Institut Terbaik Bangsa.