Rabu, Juli 30, 2008

Nonton part 2: The Right Price

Halo semuanya! Mungkin ada diantara kalian yang kaget dan berpikir, ‘Perasaan baru kemaren gw buka blog keren ini, koq sekarang udah ada postingan baru, banyak lagi, sampe ada part.2 gini’. Well, itu wajar. Blog gw emang keren. Oh, bukan gitu maksudnya. Gw ngepost dua postingan sekaligus karena ada 2 hal yang pengen gw ceritain, yaitu tentang pengalaman gw nonton di fX, dan review filmnya.

Oiya, belakangan ini gw jarang onlen nih. Leptop rusak, jadi untuk internetan terpaksa di warnet ato dengan cara melakukan simbiosis parasitisme di computer teman yang ada koneksi internetnya. Jadi, untuk mereka yang ngerasa balesan komen gw di postingan gw sebelum ini agak kurang memuaskan, please, by all means, I’m sorry.

Selain hiatus, postingan gw belakangan ini juga agak berubah jadi agak serius. Well, gak ada kesengajaan untuk berubah ke arah situ sih, cuma lagi pengen aja nulis-nulis kayak gitu. Well, to tell u the truth, gw juga kangen band nih nulis yang lucu-lucu, misalnya tentang Dhini Aminarti, Nadya Vega, atau adek kelas gw yang jomblo itu… (agak gak nyambung emang, tapi mereka emang ‘lucu’. Hehehe….)

Eniwei, sebelumnya seperti yang sudah gw obrolin dengan Shintung di YM, gw berencana untuk ngepost postingan tentang mantan gw. Tapi ternyata setelah gw nonton The Dark Knight, gw ngerasa harus nulis review tentang film itu. Tentang mantan bisa nunggu lah. Film ini terlalu keren untuk gak gw bikin reviewnya!

Gw mau cerita-cerita tentang kesialan(baca:kebodohan, ketololan, keidiotan, atau yang setara dengan itu) yang gw alami sebelum nonton film itu. Here we go:

Siang hari, gw nelpon Echa, temen seperjuangan gw. Gw ngajakin dia nonton The Dark Knight di XXI fX karena anak-anak Bintang Merah udah pada nonton semua. Dia setuju dan nyuruh gw ngajak temen-temen kita yang lain. Gw telponin lima orang. Hasilnya: 3 orang hapenya gak diangkat, 1 orang gak dapet izin, dan 1 orang lagi di Dufan. Well, jadilah gw jalan berdua aja sama buntelan lemak yang bisa ngomong bernama Echa.

Sore hari, setelah capek ngajakin anak-anak yang pada gak bisa dateng semua, gw jemput dia di Mal Ambassador. Sebelumnya dia ngajak gw ketemuan di Eceltronic City di SCBD aja. Tapi masalahnya gw gak tau Electronic City yang di SCBD tu ada di sebelah mana. Gw taunya Electronic City yang di sebelah Mal Artha Gading. Daripada kita gak jadi nonton karena gw *ehem* nyasar(lagi), mending kita ketemuan di tempat yang gw tau aja.

Sampe di Kuningan, gw parkir di parkiran ITC Kuningan di sebelah Mal Ambassador. Kenapa? Apakah Mal Ambassador terlalu elit sehingga tidak ada parkiran motornya? Bukan, gw parkir di sana karena gw gak tau kalo ternyata ada pintu masuk lagi buat Mal Ambassador. Kirain area parkirnya jadi satu ato bisa masuk ke parkiran Mal Ambassador dari situ.

Sampai di sana, gw dikejutkan oleh parkiran motor yang luar biasa padat dan sangat tidak berperikesepedamotoran. Ini ngingetin gw sama parkiran motor di ITC Mangga Dua di mana gw dan abang gw sempet punya pengalaman gak enak saat ngeluarin motor dari sana: matahin spion motor sebelah gw. Ketauan? Tentu tidak, kan saya minum Combantrin. Eh, maksud gw kita gak ketauan karena segera ngumpetin itu spion di bawah motornya sebelum ada yang curiga.

Terus, setelah gw rendezvous sama Echa di sana, gw balik ke parkiran motor. Kedodolan gw yang kesekian kalinya hari ini gw lakuin: gw lupa parkiran motor di mana. Gw nyari-nyari parkiran motor di B1, ternyata parkiran motor ada di B2. Ingetan gw yang lebih lemah dari nenek-nenek pikun ditambah dengan penyakit buta arah gw telah membuat gw dan temen gw tersesat.

Di parkiran motor, gw bertemu dengan motor gw. Gw lari ke arahnya dengan gerak slow motion dan meluk dia dengan penuh perasaan seperti di film-film India. Echa yang tersiksa setelah melihat adegan tak senonoh itu semakin mencap gw sebagai orang dodol karena di sana gw baru nyadar kalo: gw gak bawa helm buat Echa. Astaghfirullah…

Kita mencoba mencari helm 15000-an di Carefour. Ternyata helm paling murah adalah helm seharga 40000 lebih. Gw sempet mikir untuk beli ember dan tali rafia buat dijadiin helm, tapi entah kenapa usulan itu ditolak mentah-mentah sama Echa. Padahal kan tingkat keamanannya sama dengan helm 15000-an, tul gak?

Gagal menemukan helm murah, kita keluar dari parkiran, nyari taksi buat ke fX. Kenapa taksi? Karena taksi nyaman? Taksi memang nyaman, tapi bukan itu asalannya. Alasannya tentu saja karena kita… gak tau angkot ke sana.

Setelah menyeberang jalan dengan penuh perjuanga, kita mencari taksi berlabel Tarif Lama. Sebongkah taksi kosong melintas tanpa menghiraukan kita. Nevermind, kita cari yang lain. Akhirnya ada juga taksi yang kosong. Seperti biasa, sopir taksi nanya, “Mau kemana, Dek?”

“fX Senayan, Pak”

“Wah, enggak deh, Dek. Sudirman macet banget. Cari yang lain aja.”

Kita pun turun dengan sambil misuh-misuh dengan indahnya. “Asu…,” kata gw pelan setelah turun dari taksi. Echa memberi usulan buat patungan beli aja itu helm di Carefour tadi. Toh, keluar duitnya sama aja, kan? Gw mengiyakan usulan itu. Jadilah kita nyeberang lagi, balik ke Carefour lagi, dan beli helm 40000-an itu.

Di parkiran. Motor gw membelakangi pos keluar. Gw mencoba memutar arah motor gw, tapi gagal karena ternyata gak cukup space buat ngelakuin itu. Gw ngambil jalan muter. Di tengah jalan, ada motor jalan ke arah gw, hendak keluar dari pos keluar di belakang gw. Jalanan yang sempit memaksa gw untuk mundur sampe ke tempat gw parkir tadi. Setelah itu, barulah gw jalan.

Setelah perjuangan panjang, gw berhasil mengeluarkan motor gw dari neraka motor itu. Tapi neraka berikutnya menunggu. Apakah gerangan neraka berikutnya yang dimaksudkan di sini? Jalan penuh lubang? Taman Lawang? Rambut Bena? Bukan ketiganya, kawan. Neraka di sini adalah Kuningan dan Sudirman jam 7 malam alias kemacetan yang teramat sangat puuuaaannjaaaanggg sekali. Sekarang gw ngerti kenapa supir taksi tadi gak mau nganterin kita.

Singkat cerita, kita sampe di fX. Gw ngikutin mobil di depan gw. Di sana, gw ditahan sama satpam. Satpam itu berkata, “Maaf, Dek, di sini gak ada parkiran motornya. Kalo mau parkir di gedung Depdiknas ato Wisma Serbaguna.”

Wadefak?! Gak ada parkiran motornya?! Ini sangat diskriminatif!! Seolah-olah motor dipandang sebagai kendaraan ‘kelas dua’ begitu pula dengan pengendaranya karena biasanya pengendara motor berasal dari kalangan menengah ke bawah. Orang-orang berada selalu naik mobil. Lebih nyaman, gak kena asap kendaraan, dan tentu saja lebih mahal. Sambil misuh-misuh, gw jalan lagi ke gedung Depdiknas di sebelah.

Ngeliat saptamnya ngasi tanda gw gak boleh masuk, akhirnya gw jalan lagi. Mungkin itu pintu keluarnya, pikir gw. Gw mencoba mencari pintu masuknya, dan… Gak ketemu. Akhirnya gw terpaksa markir motor gw di parkiran Wisma Serbaguna Senayan.

Akhirnya gw menginjakkan kaki gw di fX untuk pertama kalinya. Baru aja masuk, si Echa langsung ketemu temen-temennya(di luar rencana) dan berpelukan dengan indahnya. Setelah ngobrol cukup panjang, kita naik ke atas. Waktu sudah menunjukkan pukul 20.15 dan itu artinya kita harus nonton sekarang sebelum kita terpaksa nunggu sampe tengah malem. Sebenernya Echa pengen banget nyobain wahana Add Most Fear di sana, tapi kita tunda dulu karena rencana awal harus dilaksanakan. Kita udah sampe beli helm buat nonton di sini. Kalo sampe gagal, gw potong kumis... jadi setengah!(Oke, gak nyambung emang, cuma pengen ngikutin iklan aja koq).

And the movie was… MARVELOUS, kawannn!!!! Lima belas ribu terlalu murah untuk film sekelas The Dark Knight!! Gw bahkan gak akan komplain kalo gw harus bayar 30000 buat nonton film sekeren ini. Semuanya keren!! Castingnya, adegan action-nya, ceritanya, musiknya, dialog-dialognya, karakternya, semuanya keren!!

Gw pun pulang dengan senyum puas. Kesialan-kesialan yang gw alami sebelum nonton film ini menguap begitu aja. Gw semakin yakin dengan ungkapan ‘Tuhan selalu memberikan label harga yang tepat untuk segala sesuatu’.

Nonton part 1: Review The Dark Knight

==WARNING: SPOILER AHEAD!!==

Kemaren gw baru aja nonton The Dark Knight di fX. Sekarang, gw mau bikin reviewnya. Sebelumnya, bagi yang belum nonton dan gak suka spoiler, gak usah baca review ini karena mengandung sembilan bulan spoiler yang mungkin bisa mengurangi surprise effect dari film ini. Eniwei, here we go:



Ayo senyum...


Film Batman ini sangat jauh berbeda dibanding film-film Batman sebelumnya. Kalau di film-film sebelumnya Batman digambarin sebagai seorang pahlawan kota Gotham yang dicintai rakyatnya, maka di sini Batman digambarin sebagai seorang pahlawan yang melanggar hukum secara serius karena mengadili para penjahat dengan semena-mena. Bahkan sebagian orang setuju bahwa Batman seharusnya masuk penjara karena perbuatannya itu.

Selain penggambaran Batman yang lain dari biasanya, musuh bebuyutan Batman, Joker, juga digambarin dengan sangat berbeda. Lebih jahat, lebih kejam, lebih dingin, lebih psikopat, namun masih dengan jargon lamanya, “Why so serious? Let put more smile on your face!” Lalu dilanjutkan dengan merobek mulut korbannya dengan pisau, agar korban itu selalu ‘tersenyum lebar’.

Joker tidak tertarik dengan uang. Dia bahkan membakar semua uang hasil transaksinya dengan mafia kliennya. Joker hanya ingin membuat kekacauan dan menebarkan kejahatan degan caranya sendiri. Cara yang sangat gila, penuh ledakan, dan penuh pergulatan jiwa pada korbannya, yang mana hal ini sering membuat seseorang terdesak dan berubah menjadi kriminal.

Ada pula Harvey Dent, jaksa wilayah sekaligus calon walikota Gotham. Ia adalah pahlawan bagi kota Gotham seperti halnya Batman. Hanya saja, dia tidak mengenakan topeng. Ia dikenal. Ia adalah Ksatria Putih sementara Batman adalah Ksatria Kegelapan. Ia telah memenjarakan setengah dari penjahat di kota Gotham dengan cara yang legal. Dia adalah harapan bagi kota Gotham dan, karenanya, target bagi Joker.

Selain pertarungan Batman-Joker yang penuh dengan adegan action. Sisi dramatis dari film ini juga disajikan dengan baik. Rachel, kekasih Bruce Wayne, menyerah untuk menunggu saat-saat dimana Batman tak lagi dibutuhkan. Bruce, yang merupakan sahabat karib Harvey, demi cintanya pada Rachel, mendukung sepenuhnya Harvey untuk menjadi walikota Gotham agar tiba masa dimana Batman tak lagi dibutuhkan. Sementara itu, Harvey juga mencintai Rachel setengah mati. Rachel tidak naïf. Ia tahu Batman akan selalu dibutuhkan oleh Gotham. Maka ia memutuskan untuk menikah dengan Harvey.

Hal ini dimanfaatkan Joker. Setelah berhasil membunuh Rachel dan berhasil menumpahkan kesalahan pada Komisaris Polisi Gordon dan Batman, ia memainkan emosi Harvey dan mengubahnya menjadi seorang penjahat berdarah dingin: Two Face.

Joker ingin membuktikan bahwa orang yang paling baik sekalipun dapat jatuh dan berubah menjadi seseorang yang sangat kejam. Untuk itu, ia memasang bom di tubuh kapal berisi warga sipil dan satu lagi di kapal berisi narapidana. Tepat jam 12 malam, kedua kapal itu akan meledak, kecuali salah seorang di kedua kapal itu menekan tombol yang jika ditekan akan menghancurkan kapal satunya dan menyelamatkan dirinya beserta penumpang di kapal yang ditumpanginya.

Selain adegan action yang superkeren, peralatan dan kendaraan Batman yang baru juga sangat keren. Kostum baru, mobil baru, dan motor baru. Semuanya membuat Batman mampu melakukan aksi-aksi mendebarkan.

Sinematografi film ini digarap dengan sangat menarik. Pengambilan gambar yang bagus, adegan-adegan action yang keren, dialog-dialog yang sarat makna, hingga efek suara yang dramatis mewarnai film ini.

Film ini mengajarkan kita arti kepahlawanan sesungguhnya, dimana kadang berbuat baik saja tidak cukup. Butuh lebih dari tindakan yang benar untuk menciptakan keadilan.

Terakhir, berapa nilai untuk film ini? Well, kalo untuk Kung-Fu Panda gw akan dengan senang hati memberikan lima dari lima bintang untuk film animasi itu, untuk film Batman gw akan memberikan… enam. Enam dari lima bintang. Film ini terlalu keren.

Rabu, Juli 23, 2008

Laporan Kopdar Ragunan

Hualow, readers! Sori baru ngepost sekarang tentang kopdar di Ragunan hari Minggu kemaren. Laptop gw mendadak rusak, jadi suka mati tiba-tiba gitu deh. So fuckin’ annoying, man…

Sebelumnya, gw mau minta maaf karena foto-foto kopdar belom bisa gw upload. Internet warnet yang gw pake buat ngepost postingan ini lagi lemot banget, jadi ngupload foto aja makan waktu setaun. Daripada gw lumutan di warnet, mending gw upload besok aja dari rumah temen gw, oke?

Eniwei, kopdar kemaren sangat menyenangkan sekali. Yang gak ikut, beeeuuh… Nyesel banget lo mann.

Gw dateng agak telat. Ada dua alasan kenapa gw dateng telat. Pertama, gw kelamaan di rumah temen gw, ngeprint beberapa lirik dan chord lagu buat gw nyanyiin di kopdar (yang ternyata gagal karena kemampuan gw belum memadai bahkan untuk sekedar ngamen dengan gitar). Alasan kedua adalah gw… ehem, nyasar(lagi).

Jadi ceritanya gw lupa banget jalan ke Ragunan. Di tengah jalan, gw tanya ke orang, akhirnya gw dikasih tau jalan… yang salah. Entah gw yang salah ngambil jalan ato bapak itu yang salah ngasi tau, yang pasti gw sempet beberapa kali nanya sebelum akhirnya gw sampai di sebuah daerah yang udaranya lebih adem 1-2 derajat dibanding daerah-daerah di Jakarta pada umumnya. Jalannya meliuk-liuk. Angkotnya bukan lagi Kopaja ato Mikrolet, tapi angkot-angkot wagon kayak yang biasa ada di pinggiran Jakarta. Gw menyadari gw nyasar. Gw perhatiin jalan, ada sebuah SD. Gw liatin papannya. Ada tulisan: SDN 04 PAGI CIRACAS.

Astaghirullah.

Gw segera mencari jalan untuk kembali ke jalan yang benar. Untunglah ada beberapa orang yang berbaik hati ngasi tau jalan yang benar. Bencana nuntun-motor-sampe-pom-bensin-panas-panasan-di-tengah-terik- matahari-siang-hari-bolong-kota-Jakarta-karena-kehabisan-bensin-di- tengah-jalan pun gak jadi menimpa diri gw. Phew…

Singkat cerita, gw berhasil mendaratkan kaki gw di Kebun Binatang Ragunan. Agak jauh dari pintu utama, gw masup dari pintu timur. Yasudahlah, yang penting sampe di Ragunan.

Eniwei, setelah bertemu dengan Krisna, Erdika, lalu Bena dan kawan-kawan blogger, kita memuaskan nafsu makan kita. Kita berhasil menjajah satu tempat makan. Ya, jadi satu tempat makan itu isinya anak Rumahblogger semua. Tadinya sih pengen kabur terus ngebiarin Bena yang bayar semuanya, tapi hati nurani gw menghalangi gw dari melakukan tindakan yang benar tidak manusiawi tersebut.


Bochiel, paling kecil postur badannya, paling gede narsisnya.


Profesi sampingan


Permisi, bapak-bapak ibu-ibu...


Abis makan, kita lanjut ke Pusat Primata Schmutzer. Sebagai fans Radith yang baik, tentu saja gw dan Krisna gak lupa untuk melakukan ritual yang sangat penting dan penuh makna itu, yaitu… kayang. Lebih spesifik: kayang di depan Schmutzer. Lebih spesifik lagi: kayang di depan Schmutzer sampe diliatin orang-orang. Lagi asik-asiknya kayang, ada anak kecil lewat terus niruin kita. Dia kayang aja gitu di sebelah kita. Yes! Kita berhasil membuat seorang anak kecil yang tidak berdosa kesurupan!


Virus Radith melanda jiwa


Let's Rock, beibeeehhh!!!


Primata terganteng yang pernah ada

Setelah puas kayang, kita semua masuk ke dalem Schmutzer, keliling hutan untuk menikmati dan mengamati primata-primata lucu dari keluarga monyet. Ada orang utan, ada gorilla, ada owa jawa, ada monyet pantat merah(eh, semua monyet emang pantatnya merah ya), dan kawan-kawannya. Seru banget ngeliatin mereka gelayutan di pu’un yang rindang.


Somebody please give him a deodorant!


Bena dan eyangnya

Schmutzer adalah tempat yang menyenangkan. Adem sangat karena banyak pohon, cocok buat pacaran. Bermesum ria? Mendingan jangan kalo gak mau rekamannya beredar di internet karena seluruh kegiatan di sana terpantau oleh kamera. Hohoho… (sial…)

Selain alam terbuka, ada juga terowongan di mana kita bisa ngeliat monyet-monyet dari dalem ruangan dengan dibatasi kaca. Terowongannya (sangat)gelap. Wah, bisa curi-curi kesempatan buat anggur-anggur(translate it to English) donk? Nope, ada kamera memantau, kawan…


Primata yang kehausan


Sumo pantat


Model iklan shampoo(hewan)





Siluman macan

Foto narsis? Tentu. Ritual ini sangat penting dan haram hukumnya untuk dilewatkan. Di dalam terowongan gelap itu, begitu ada cahaya yang memadai untuk foto, langsung aja kita nyalain kamera dan foto bareng. Apalagi di luar terowongan, tempatnya oke banget buat foto-foto. Gw jadi pengen hunting ke sana lagi bareng model. Ada yang berminat? Tapi gak dibayar ya. Maklum, masih jadi fotografer miskin. Ntar kalo udah kaya, baru deh gw bakal dengan sengaja bayar model buat hunting.

Now, the question is: kapan gw kaya? Insya Allah sebentar lagi. Amiinn…

Eniwei, kopdar Ragunan kali ini benar-benar menyenangkan. Gak nyesel gw ikut kopdar meskipun harus nyasar sampe Ciracas. I LOVE BLOGGING! I LOVE KOPDAR! I LOVE NYASAR!



=ATTENTION=

Sebelum lo pergi dari blog gw, jangan lupa ngisi polling di sebelah kanan ya! Ntar hasilnya bakal gw jadiin postingan. Okeh, see you, fellas! ^o^

Sabtu, Juli 19, 2008

We Are Saiyans

"What doesn't kill you will makes you stronger."


Itu adalah kata-kata dari Friedrich Nietzche, seorang filsuf dari Jerman. Menurut gw, kata-kata ini sangat powerful dan bener banget. Setelah kita melewati sebuah peristiwa yang berat, kita akan jadi jauh lebih kuat. Lebih tabah, lebih bijaksana, dan lebih mudah untuk melupakannya setelah kejadian berat lainnya berlalu.


Seperti mandi air dingin, guyuran yang paling dingin adalah yang guyuran pertama. Guyuran berikutnya, meskipun masih dingin, nggak akan terasa sedingin sebelumnya. Kita semakin kuat dari hari ke hari, dari peristiwa ke peristiwa. Kita semakin kuat.


Akira Toriyama punya gagasan menarik tentang hal ini yang beliau tuangkan dalam komik Dragon Ball. Bangsa Saiya(planet asal Son Goku dan Bezita) adalah bangsa petarung. Mereka memiliki keunikan yang membuat bangsa ini menjadi bangsa petarung terkuat dan paling potensial di alam semesta. Mereka memiliki kemampuan untuk menjadi lebih kuat setelah terluka parah dan mendekati kematian. Semakin mereka mendekati kematian, semakin besar kekuatan yang akan mereka dapatkan setelah mereka pulih.


Seperti kita.


Ya, seperti kita, manusia bumi. Gw jadi inget potongan lirik lagunya Sherina:


Setiap manusia di dunia

Pasti pernah sakit hati

Hanya yang berjiwa satria yang mau memaafkan


Sakit hati. Kita semua pernah mengalaminya. Putus sama pacar, dikhianati teman, dikecewain penjual, ditilang polisi, didamprat guru, dimarahin orang tua, mainan tersayang rusak/hilang, dsb. Kita semua pernah mengalaminya. Dan semua itu menjadikan kita semakin kuat. Mengikis sifat naif kita. Membuat kita lebih siap menghadapi dunia yang akan sering mengecewakan kita.


Tuhan tahu itu.


Makannya Dia membuat skenario sedemikian rupa. Kita dikecewakan lebih dulu dengan kejadian-kejadian itu.


Karena Tuhan Maha Penyayang.


Dia mengulangi ujian-ujian yang kita gagal melewatinya: Ujian kejujuran, ujian kesabaran, ujian hawa nafsu, ujian kedisiplinan, ujian kesetiaan, ujian kedermawanan, ujian memaafkan. Dan segunung soal-soal ujian lainnya.


Tuhan tahu, setelah kita melewatinya, kita akan lebih kuat. Seperti orang Saiya yang menjadi lebih kuat setelah mengalami luka parah pengalaman mendekati kematian.


Orang Saiya adalah filosofi yang menarik. Mereka adalah cerminan dari sifat unik manusia, yang memiliki kemampuan untuk belajar dari pengalaman, dan menjadi manusia yang lebih baik setelahnya.


Menangislah bila harus menangis

Karena kita semua manusia

Manusia bisa terluka

Manusia pasti menangis

Dan manusia pun bisa mengambil hikmah

--(Dewa - Air Mata)

Jumat, Juli 18, 2008

Envy

Tau film Envy? Itu lho, film yang dibintangin sama Ben Stiller dan Jack Black. Keren banget itu film. Yang udah baca postingan ini harus nonton ya. Hahaha..

Eniwei, gw bukan pengen bikin resensi dari film itu. Cuma mau bilang kalo yang lagi gw rasain sekarang adalah ENVYNESS alias RASA IRI.

*curcol mode ON*

Entah sejak kapan, gw menyadari ada rasa iri yang sangat besar dalam diri gw. Rasa yang dulu gw tolak setengah mati. Tapi ya itu dulu, saat seragam gw masih putih-merah, saat gw masih sehijau daun di hutan, saat gw masih belum tahu apa fungsi kopling pada motor dan mobil, saat gw masih berpikir bahwa Soeharto adalah orang yang sangat pantas untuk dikagumi, saat gw masih bercita-cita jadi pilot, pilot pesawat tempur. Naifnya gw...

Iri adalah penyakit hati, begitu kata Guru Agama gw dulu. Dan kayaknya gw udah stadium lanjut. Gw iri temen-temen gw atas hal-hal yang seharusnya tidak perlu. Hal-hal yang mungkin akan orang lain abaikan. Hal-hal sekunder, bahkan tersier.

Gw iri sama temen gw yang jago main gitar... gak usah gw sebutin namanya.

Gw iri sama temen gw yang jago fotografi... gak usah gw sebutin namanya.

Gw iri sama temen gw yang jago gambar... gak usah gw sebutin namanya.

Gw iri sama temen gw yang jago nulis... gak usah gw sebutin namanya.

Gw iri sama temen gw yang pacarnya cantik... gak usah gw sebutin namanya.

Gw iri sama temen gw yang bisa jalan-jalan ke luar negeri... gak usah gw sebutin namanya.

Gw iri sama temen gw yang bisa nahan hawa nafsunya... gak usah gw sebutin namanya.

Gw iri sama temen gw yang wajahnya ganteng... gak usah gw sebutin namanya.

Gw iri sama temen gw yang badannya tinggi... gak usah gw sebutin namanya.

Gw iri sama temen gw yang kulitnya putih... gak usah gw sebutin namanya.

Gw iri sama temen gw yang bisa nyeletuk dan bikin semua orang ketawa... gak usah gw sebutin namanya.

Gw iri sama temen gw yang berani jadi pemimpin... gak usah gw sebutin namanya.

Gw iri sama temen gw yang kreatif... gak usah gw sebutin namanya.

Gw iri sama temen gw yang orang kaya... gak usah gw sebutin namanya.

Gw iri sama temen gw yang bisa deket sama gebetan gw... gak usah gw sebutin namanya.

Gw iri sama temen gw yang bisa tampil di panggung dengan pede... gak usah gw sebutin namanya.

Gw iri sama mereka yang selalu bisa jadi center of attention... gak usah gw sebutin namanya.

Gw iri... stadium lanjut.

Senin, Juli 07, 2008

Acara TV = Racun

Berdasarkan penelitian oleh para ahli ilmu hitam, otak kita lebih aktif saat tidur daripada saat nonton TV. Kenapa begitu? Jangan tanya gw, gw gak ngerti. Mending tanya sama dia. Tapi meskipun gw gak ngerti gw setuju aja sama pernyataan itu. Terutama kalo yang ditonton itu acara TV Indonesia. Acara TV di Indonesia (hampir)gak ada yang bagus. Berikut beberapa acara TV di Indonesia yang 'beracun':


Berita Kriminal

Ini adalah salah satu acara yang digemari. Entah kenapa, rasanya asik aja gitu dengerin berita pembunuhan, mutilasi, atau penemuan mayat bayi di tong sampah. Berita kriminal dan tindakan kriminal itu sendiri adalah lingkaran setan. Gw yakin, para pelaku tindak kriminal yang diberitain juga sering nonton acara berita kriminal sehingga menganggap hal tersebut adalah hal 'biasa' atau 'udah banyak yang ngelakuin'. Berita tentang pembunuhan, mutilasi, ato kanibalisme sih sah-sah aja diberitain. Tapi kalo kebanyakan, efeknya bakal bahaya = bikin orang jadi ikutan sadis. Mending nonton Happy Tree Friends.


Infotainment

Ngegosip itu dosa. Udah tau begitu tetep aja acara infotainment jadi salah satu acara paling laku di Indonesia. Konsep acaranya pun beragam. Mulai dari dua orang presenternya dibuat ngobrol dengan gosip di kalangan selebritis, hingga yang disajikan kayak acara mistis dengan pendramatisasian besar-besaran dan pemilihan kata yang aduhai. Bahkan seorang seekor Radith sampai memberikan kritiknya di buku Babi Ngesot! Gw menduga acara infotainment dengan pendramatsisaian besar-besaran itu adalah penyebab utama penyebab merebaknya sindrom lebay di masyarakat kita.


Audisi Penanyi

Ada stasiun TV yang ngabisin sebagian besar jam tayangnya cuma buat nampilin acara audisi penyanyi yang lebih banyak becanda dan stensilannya dibanding nyanyinya itu sendiri. Bukan cuma itu, kualitas penyanyi yang nyanyi di atas panggung juga jauh dari bagus. Suaranya jelek, nadanya sumbang, kebanyakan improvisasi sampe-sampe lagunya jadi gak enak didenger, kostum panggungnya nggak banget, ato gabungan dari semua itu.


Sinetron Mistis Dubbingan

Gak cukup meracuni segenap penonton TV di Indonesia dengan itu, stasiun tersebut juga menayangkan sinetron(?) dubbingan (padahal pemainnya orang Indonesia juga) bertema mistis dengan konsep film India (nyanyi, joged, hubungan yang gak direstui ortu, dsb) dan animasi 3D yang bikin horny bulu kuduk merinding. Kualitas animasinya sangat mengerikan. Mulai dari efek cahaya dan api yang keliatan banget murahannya, sampe animasi naga yang jatohnya lebih mirip buaya cacat yang lagi terbang. Geli banget deh ngeliatnya.


Menonton acara TV semacam ini jelas-jelas merupakan usaha bunuh diri. Industri pertelevisian di Indonesia telah memproduksi tontonan yang beracun. Apa jadinya masyarakat kita kalau acara TV-nya kayak gitu semua? Daripada nonton acara TV Indonesia yang gak jelas gitu, mending nge-blog. Tul gak?


Ada lagi? Silahkan tulis di komen, nanti ditulis update-annya :D



==UPDATES==


Okeh, seperti yang udah gw janjikan sebelumnya, gw bakal nambahin update-an di postingan ini. Yah, sebenernya cuma nambahin list acara-acara TV yang meracuni segenap penonton tak berdosa Indonesia sih. Okeh, here we go:


Kuis SMS Tengah Malem

Acara ini biasa ditayangkan tengah malem(okeh, informasi yang tidak penting). Isinya biasanya presenter wanita dengan obat ngantuk(baca:pakaian yang 'mengundang') yang nyuruh kita ngirim SMS supaya dapet hadiah dan, tentu saja, tarifnya premium alias berkisar antara 1000 - 2000 perak per SMS. Teramat sangat tidak penting sodara-sodara, mengingat tarif SMS antar operator termahal hanya 350 rupiah.


Reality Show Cewek-Curiga-Cowoknya-Gak-Setia

Ini adalah acara dimana seorang cewek yang cowoknya dicurigai selingkuh diintai dengan kamera, dan hasilnya dilaporkan ke cewek itu. Acara yang sangat-sangat tidak penting karena masalah cinta kayak gini adalah masalah pribadi yang rasanya nggak banget untuk diumbar di depan kamera. Sucks aja gitu rasanya ngeliatin mereka berantem masalah cinta di layar TV.


Okeh, segitu aja deh. See you on my next postingan!

Rabu, Juli 02, 2008

Ancol Part 2: Hunting

Baru kemaren(26/05) gw dari Dufan, hari ini(27/05) gw harus ke Ancol buat hunting foto. Capek emang, tapi demi hunting, no problemo. Begitulah kalo udah cinta sama kamera. Apa aja dilakuin demi hunting foto.


Hunting ini mungkin jadi hunting terkacrut yang pernah gw lakuin. Udah ngajakin orang banyak-banyak buat hunting, yang bisa ikut cuma 4 orang, termasuk gw. Jadi 5 orang sama modelnya. Orang-orang yang gw ajakin pada baru bilang gak bisa atau ngebatalin beberapa jam sebelum acara. Gw cuma bisa manyun ngadepin sikap mereka.


Eniwei, kalo kemaren gw pergi ke Dufan naik motor, sekarang gw ke sana naik busway. Harusnya sih gak terlalu capek karena sepanjang perjalanan kita bisa duduk, bahkan tidur di dalem bis. Kita bisa tidur... Kalo gak ada orang gila di deket gw. Dua bangku dari tempat gw duduk, ada orang gila. Nenek-nenek gitu, ngomong mulu gak jelas. Cerita tentang orang yang namanya Dewo lah, Aji lah, Si Fulan lah, pokoknya aneh deh. Ketemu orang gila kayak gini lebih nyeremin daripada ketemu kuntilanak sekampung. Untungnya petugas busway ada yang bersedia ngeladenin dia, jadi akhirnya mereka ngobrol berdua. Gw curiga sebenernya petugas busway itu sama gak warasnya dengan si nenek gila itu.


Bus udah sampe di Jalan Gunung Sahari. Di halte Angkasa(kalo gak salah) nenek gila itu turun. Huff... Gw lega gak dijadiin makan siangnya(siapa tau dia kanibal). Baru pengen bersantai sejenak, eh itu nenek masup lagi ke dalem bus. Kali ini dia berdiri. Dia ngobrol-ngobrol lagi sama petugas busway yang tadi. Sabar ya, Mas. Hidup memang penuh cobaan.


Bus sampe di Ancol. Si nenek gak mau turun. Gw sempet ngeliat sekuriti busway ngebentak-bentak nenek itu, nyuruh turun. Gw gak tau lagi kelanjutannya. Mungkin si nenek turun, atau bertarung dengan sekuriti busway, atau pup di dalem busway karena kesal dengan sekuriti busway yang memaksanya untuk turun. Yah, whatever lah. Gak usah ngurusin.


Sekarang kita di Ancol. Rencana kita mulai ngambil foto dari jam setengah 3, ini jam 4 baru nyampe. Spot hunting kita adalah di Le Bridge. Bagi yang gak tau Le Bridge, itu tempatnya deket-deket Pantai Karnaval gitu, hampir satu kilo dari pintu masuk. Jalan kaki ke sana cukup bikin kaki pegel. Kita selingi dengan foto-foto di tempat lain.


Sampe di sana, kita mulai foto-foto. Model gw, Vhyta, yang udah hampir putus sama pacarnya, minta foto bareng salah seorang fotografer yang ganteng, yaitu gw temen gw, Erdika. Padahal baru aja tadi dia curhat sambil nangis-nangis, sekarang udah kepincut cowok lain. Hati wanita memang seperti langit, cepat berubah.






Eniwei, setelah foto-foto, kita makan. Kita harus makan. Beberapa dari kita belum makan dari siang, dan beberapa saat lagi harus menempuh perjalanan sekitar satu kilo dari Le Bridge sampe halte busway.


Huff... Benar-benar hunting yang kacrut. Udah telat, pegel, hasilnya gak maksimal, mahal pula. Mungkin inilah hunting termahal gw selama belajar fotografi.

Ngomong-ngomong, mungkin lo pada heran kenapa foto-fotonya gak gw kasih caption alias judul. Kenapa? Apakah gw males ngasih judul? Betul. Gw males ngasi judul... :p


Nih, foto penutup:


Udah ah.