Minggu, April 13, 2008

Berbalas Puisi dengan Sartom

Kami adalah dua insan manusia yang sedang jatuh cinta, tapi bukan dimabuk cinta. Kita sama-sama jatuh cinta, n sama-sama dibuat pusing karena cinta, dibuat sakit oleh cinta yang tak terbalas... Atau mungkin belum terbalas saja.

Ya, ya, ya, kita memang suka membuat kata-kata dengan rima. Maka berbalas puisilah kita. Pake SMS, kayak orang gak sayang pulsa. Berikut SMS-nya:

Sartom:

Gadis pemimpi, sedang berkhayal

Tak sadar pangerannya pergi, terpikat putri cantik

Namun ia tetap saja berkhayal

Mungkin hidup terlalu pahit untuknya, sehingga ia lebih suka bermimpi

Tiap hari, tiap malam, hanya melamun di jendelanya

Menunggu pangerannya, tanpa sadar bahwa ia sudah takkan berpaling untuknya

Malangnya gadis pemimpi..

Semoga mimpinya indah malam ini



Harun:

Wahai gadis pemimpi, kemari

Biar kubangunkan dirimu dari,

Satire khayalmu yang sunyi

Sungguh hidup tak sepahit ini

Malah semanis madu

Buka matamu, lihat pelangi di langit itu

Cinta mungkin pergi

Namun sinar mentari takkan mati,

Takkan redup hari ini

Maka bangunlah, sadarlah

Lamunanmu, khayalmu, entaskanlah

Izinkan indah dunia jatuh di pelupuk matamu

Dan harmoni musiknya menyanyikan lagu Let It Be untukmu



Sartom:

Wahai sahabat yang baik

Sungguh nasihatmu laik

Tapi kini aku masih tercekik

Dalam sebuah harapan yang memekik

Sayang pangeran belum sudi

Untuk berbagi khayal abadi

Tentang dongeng

Tetang pelangi

Dan Tentang melodi

Aku kini tetap bersenandung dalam canggung

Dan menunggu dalam bingung

Semoga ia datang ke dalam relung



Harun:

Sungguh aku pun demikian

Masih mengharap cintanya dalam kesendirian

Meski pahit kutelan

saat itu 'kan datang

Saat aku harus berterus terang

Betapa rindu ini meradang

Biar kudengar dari lisannya sendiri

Bahwasannya hatinya bukan untuk laki-laki ini

Aku berteduh dalam kata-kata bijak yang kucari dalam buku-buku

Semoga itu memayungiku dari semangat yang layu

Berikan hatiku kekuatan untuk kembali berlabuh

Dan siapa sangka mungkin nanti

Aku akan jatuh cinta lagi



Sartom:

Wahai sahabatku sang peneduh

Kau tak pernah mengaduh

Walau badai gemuruh

Kau tetap tegak

Lelaki itu hanya berlagak

Padahal kau telah menenggak

Menenggak racun untuk gadismu

Kalau saja kukenal gadismu itu

Aku akan berteriak dan berkata:

Sahabatku sang peneduh mencintaimu,

Dan itu adalah keberuntungan bagimu



Harun:

Ia tahu kumencinta

Hanya saja tak tahu sedalam apa

Aku mencoba mencuri hati yang telah berlabuh

Acuhnya padaku adalah hukuman bagiku

Biar kuterima walau seluruh tulangku luluh, jiwaku rapuh, dan tubuh ini runtuh

Bukan mudah, menata hati yang telah pecah

Sekalian saja kuhancurkan, jadikan serpihan

Biar hilang harapan

Dan bayangnya memudar seiring detak detik yang berjalan

Lalu kan kupugar kembali serpihan hati

Di lain waktu, ke lain hati



Sartom:

Aku yakin akan sesuatu:

Kasih itu akan datang untukmu

Pada saat yang tepat

Dan kau takkan jemu

Bahkan akan berjingkat

Ia mungkin datang pada suatu masa

Saat hatimu sudah kembali utuh

Walau tak sempurna

Namun berwarna

Ya, seperti pelangi

Ia datang setelah hujan petir mereda

Kita tunggu saja saat-saat itu



Harun:

Aku teringat akan sebuah kalimat:

Cinta itu bagaikan pasir dalam genggaman

Semakin erat kau pegang, semakin kau 'kan kehilangan

Maka akan kubiarkan ia pergi

Tidak, bukan untuk mengharapnya kembali

Jika memang ia belahan hati

Meski tujuh samudera ia arungi

Di sinilah tempatnya kembali

Belahan hatiku mungkin tak ada di sini

Mungkin ia ada di sana, di kota yang sempat jadi lautan api


1 komentar:

Ratu Rizkitasari Saraswati mengatakan...

hiyaaaaa.
balas2an puisi iniii.
aiks, saya jadi maluuu.
mas harun!
ayo cari jodoh di kota kembang!