BBM naik. premium 6000/liter.
Rakyat miskin semakin menderita.
Kita seolah dapat mendengar tangisan Ibu Pertiwi.
Air matanya jatuh membasahi bumi.
Oh, ternyata Bu Pertiwi, tetangga sebelah, lagi nangis. Beliau sedang ngiris bawang.
Okeh, cukup bercandanya. *serius mode ON*
Jutaan corong menuntut pemerintah melakukan perbaikan. Teriak-teriak lapar, minta dientaskan dari kemiskinan. Semua menyalahan pemerintah. Semua kecewa pada pemerintah. Melihat semua ini saya rasanya ingin muntah.
Setiap hari kita melihat kemiskinan. Orang-orang mengemis di jalan. Anak-anak hanya bisa bermimpi mengenyam pendidikan. Lagi-lagi pemerintah disalahkan.
Pemerintah memang salah. Sangat-sangat bersalah. Tapi dapat apa kita hanya dengan menyalahkan? Benarkah mengentaskan kemiskinan hanya tugas pemerintah? Ataukah tugas kita semua selaku manusia? Saya lebih setuju dengan jawaban kedua.
Lihat itu para demonstran. Bikin kerusuhan. Bikin macet jalanan. Bikin toko-toko rusak berantakan.
Daripada kita buang-buang tenaga merongrong pemerintah, jauh lebih baik kita membantu Si Miskin tanpa berkeluh kesah. Tak perlu kita berkoar-koar menghujat pemerintah. Hanya membuat keadaan makin parah.
Yang saya maksudkan dengan membantu Si Miskin bukanlah dengan memberikan mereka uang ala kadarnya saat mereka mendatangi kita dengan tangan meminta. Yang saya maksudkan adalah membantu mereka secara personal. Datangi orang miskin yang kita kenal. Tanyakan kesulitan mereka, ajak mereka berusaha, beri mereka modal. Beri mereka kail. Jadikan mereka setidaknya mampu menolong diri mereka sendiri dan jangan berhenti membantu hingga mereka berhasil.
Sedikit hitungan kasar:
Asumsikan ada 100.000 keluarga kaya. Masing-masing membantu 1 keluarga miskin, memberi peluang berusaha hingga mereka berhasil. Maka dalam beberapa tahun akan ada 100.000 keluarga berkecukupan yang nantinya akan mampu membantu 100.000 keluarga miskin lainnya.
Itu baru 100.000 keluarga. Angka yang tidak realistis. Terlalu sedikit. Saya yakin ada jauh lebih banyak keluarga di Indonesia yang mampu melakukan ini. Saya yakin Anda adalah salah satunya. Pertanyaannya, Anda mau melakukannya atau tidak?
Jangan dijawab. Lakukan saja.
Sekat-Sekat Sosial by ~rahxun on deviantART
Minggu, Mei 25, 2008
PR Kita Semua
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
15 komentar:
aihh.. bijak amad yah pak!
hehehhe..
calon presidenn.. :)
Orang Kaya...Pelit bin Medit Mati aja Ke laut....Tul gak?
aih... menolong seperti itu pasti banyak keluarga kaya berpikir lagi...
udah kayak harta mau dibawa mati aja...
tar kalo udah dewasa trus punya duit mau nolong ah!hehe
waw..
gw setuju sma lo.
bsa kasi saran hal realistis ap yg bsa dilakuin plajar seumuran gw? thx
Saya nggak kaya tapi saya mau lakukan. Ahh yang penting mah menolong.
@neng
coba diskusikan ini dengan ortu, sapa tau mereka tergerak buat ngebantu..
eh gue lagi miskin nih...
bagi gue duid dunk...???
Tukang palak di bloG...
hahaha....
Keren, ternyata ada juga ide kaya gitu (ga kepikiran ato malas mikir neh)
Fotona juga 'jleb'
@~agi~
mending situ jualan minyak aja
kan lagi mahal tuh
hahaha
wuih..boleh juga idenya..
Mumpung pemilu 2009 belum mulei, siap2 nalonin diri gih!!
Btw, fotonya ironis banget...
nih..
http://www.kaskus.us/showthread.php?t=895216
nih..
http://www.kaskus.us/showthread.php?t=895216
@andika
usul anda akan saya pertimbangkan. hahaha..
@satsat
koq cuma ngasi link om?
cuap2 lah sedikit. jangan malu2 :)
bener!! gue keluarin nih jurus ilmu kessos: kemiskinan tu tanggung jawab pemerintah, masyarakat, dan perusahaan. like u said, intinya pemberdayaan, kasih kail bukan ikan!
liat poto sekat2 sosial tu gw liat perusahaan bnyk yg ga ngeh ma pentingnya corporate social responsibility.. cailaaah.. mksudnye tg jawab moral perusahaan yg b'operasi di sekitar pemukiman warga tu..
tapi gw brani bertaruh, kemiskinan tu ga bisa sepenuhnya ditangani. di amrik aja masi banyak org miskin.. tu emang fenomena alam. ga lucu klo semua org jd kaya ;P
@si dede jadul punya
bethul, kemiskinan akan selalu ada. tapi kita juga selalu bisa membantu orang miskin untuk menjadi lebih sejahtera.
Posting Komentar