Kami adalah dua insan manusia yang sedang jatuh cinta, tapi bukan dimabuk cinta. Kita sama-sama jatuh cinta, n sama-sama dibuat pusing karena cinta, dibuat sakit oleh cinta yang tak terbalas... Atau mungkin belum terbalas saja.
Ya, ya, ya, kita memang suka membuat kata-kata dengan rima. Maka berbalas puisilah kita. Pake SMS, kayak orang gak sayang pulsa. Berikut SMS-nya:
Sartom:
Gadis pemimpi, sedang berkhayal
Tak sadar pangerannya pergi, terpikat putri cantik
Namun ia tetap saja berkhayal
Mungkin hidup terlalu pahit untuknya, sehingga ia lebih suka bermimpi
Tiap hari, tiap malam, hanya melamun di jendelanya
Menunggu pangerannya, tanpa sadar bahwa ia sudah takkan berpaling untuknya
Malangnya gadis pemimpi..
Semoga mimpinya indah malam ini
Harun:
Wahai gadis pemimpi, kemari
Biar kubangunkan dirimu dari,
Satire khayalmu yang sunyi
Sungguh hidup tak sepahit ini
Malah semanis madu
Buka matamu, lihat pelangi di langit itu
Cinta mungkin pergi
Namun sinar mentari takkan mati,
Takkan redup hari ini
Maka bangunlah, sadarlah
Lamunanmu, khayalmu, entaskanlah
Izinkan indah dunia jatuh di pelupuk matamu
Dan harmoni musiknya menyanyikan lagu Let It Be untukmu
Sartom:
Wahai sahabat yang baik
Sungguh nasihatmu laik
Tapi kini aku masih tercekik
Dalam sebuah harapan yang memekik
Sayang pangeran belum sudi
Untuk berbagi khayal abadi
Tentang dongeng
Tetang pelangi
Dan Tentang melodi
Aku kini tetap bersenandung dalam canggung
Dan menunggu dalam bingung
Semoga ia datang ke dalam relung
Harun:
Sungguh aku pun demikian
Masih mengharap cintanya dalam kesendirian
Meski pahit kutelan
saat itu 'kan datang
Saat aku harus berterus terang
Betapa rindu ini meradang
Biar kudengar dari lisannya sendiri
Bahwasannya hatinya bukan untuk laki-laki ini
Aku berteduh dalam kata-kata bijak yang kucari dalam buku-buku
Semoga itu memayungiku dari semangat yang layu
Berikan hatiku kekuatan untuk kembali berlabuh
Dan siapa sangka mungkin nanti
Aku akan jatuh cinta lagi
Sartom:
Wahai sahabatku sang peneduh
Kau tak pernah mengaduh
Walau badai gemuruh
Kau tetap tegak
Lelaki itu hanya berlagak
Padahal kau telah menenggak
Menenggak racun untuk gadismu
Kalau saja kukenal gadismu itu
Aku akan berteriak dan berkata:
Sahabatku sang peneduh mencintaimu,
Dan itu adalah keberuntungan bagimu
Harun:
Ia tahu kumencinta
Hanya saja tak tahu sedalam apa
Aku mencoba mencuri hati yang telah berlabuh
Acuhnya padaku adalah hukuman bagiku
Biar kuterima walau seluruh tulangku luluh, jiwaku rapuh, dan tubuh ini runtuh
Bukan mudah, menata hati yang telah pecah
Sekalian saja kuhancurkan, jadikan serpihan
Biar hilang harapan
Dan bayangnya memudar seiring detak detik yang berjalan
Lalu kan kupugar kembali serpihan hati
Di lain waktu, ke lain hati
Sartom:
Aku yakin akan sesuatu:
Kasih itu akan datang untukmu
Pada saat yang tepat
Dan kau takkan jemu
Bahkan akan berjingkat
Ia mungkin datang pada suatu masa
Saat hatimu sudah kembali utuh
Walau tak sempurna
Namun berwarna
Ya, seperti pelangi
Ia datang setelah hujan petir mereda
Kita tunggu saja saat-saat itu
Harun:
Aku teringat akan sebuah kalimat:
Cinta itu bagaikan pasir dalam genggaman
Semakin erat kau pegang, semakin kau 'kan kehilangan
Maka akan kubiarkan ia pergi
Tidak, bukan untuk mengharapnya kembali
Jika memang ia belahan hati
Meski tujuh samudera ia arungi
Di sinilah tempatnya kembali
Belahan hatiku mungkin tak ada di sini
Mungkin ia ada di sana, di kota yang sempat jadi lautan api
1 komentar:
hiyaaaaa.
balas2an puisi iniii.
aiks, saya jadi maluuu.
mas harun!
ayo cari jodoh di kota kembang!
Posting Komentar